Keragaman budaya atau “cultural
diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di
Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam
konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa,
masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat
kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang
dimana mereka tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga
mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari
pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan
tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang
berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses
asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis
kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya
agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan
Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok
sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional
hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya
Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara
lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan
tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia
mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai
sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar
kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada
di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya
telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada
saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti
yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia.
Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas
bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa
Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah
singgungan antar peradaban itu
2.1. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya :
Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan individu
dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2.2. Konsep
Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra
yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
“individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang
dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan
ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan.
Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah:
1.
Bahasa
2.
Sistem pengetahuan
3.
Sistem organisasi masyarakat
4.
Sistem teknologi dan peralatan
5.
Sistem mata pencaharian hidup dan
sistem ekonomi
6.
Sistem religi
7.
Kesenian
Pada jaman modern seperti ini budaya
asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor dari budaya luar memang
sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya saja
anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk
mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya
bukan hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan
kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan
mencintai kebudayaan asli negara sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan
soal 7 unsur budaya universal yaitu:
1. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya
sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi
antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal
seperti bahasa Inggris.
2. Sistem
pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap
manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan
mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang
lain juga mengerti.
3. Sistem
organisasi masyarakat
Sistem yang muncul karena kesadaran
manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun
tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga
timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
4. Sistem
teknologi dan peralatan
Sistem yang timbul karena manusia
mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.
5. Sistem
mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Sistem yang timbul karena manusia
mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.
6. Sistem
religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya
Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan
Maha Kuasa.
7. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik
manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka
sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
2.3. Budaya
Lokal Dan Budaya Nasional
A. Budaya Lokal
Dalam wacana kebudayaan dan sosial,
sulit untuk mendefinisikan dan memberikan batasan terhadap budaya lokal atau
kearifan lokal, mengingat ini akan terkait teks dan konteks, namun secara
etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar sudah berupaya merumuskan sebuah
definisi terhadap local culture atau local wisdom ini. berikut penjelasannya:
·
Superculture, adalah kebudayaan yang
berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh: kebudayaan nasional;
·
Culture, lebih khusus, misalnya
berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau daerah. Contoh : Budaya
Sunda;
·
Subculture, merupakan kebudyaan
khusus dalam sebuah culture, namun kebudyaan ini tidaklah bertentangan dengan
kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong royong
·
Counter-culture, tingkatannya sama
dengan sub-culture yaitu merupakan bagian turunan dari culture, namun
counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya
individualisme
Dilihat dari stuktur dan tingkatannya budaya lokal berada pada tingat culture.
Hal ini berdasarkan sebuah skema
sosial budaya yang ada di Indonesia dimana terdiri dari masyarakat yang
bersifat manajemuk dalam stuktur sosial, budaya (multikultural) maupun ekonomi.
Dalam penjelasannya, kebudayaan suku bangsa adalah sama dengan budaya lokal
atau budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum lokal adalah tergantung pada
aspek ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada ruang perkotaan dimana hadir
berbagai budaya lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap pendatang, namun ada
budaya dominan yang berkembang yaitu misalnya budaya lokal yang ada dikota atau
tempat tersebut. Sedangkan kebudayaan nasional adalah akumulasi dari
budaya-budaya daerah.
Definisi Jakobus itu seirama dengan
pandangan Koentjaraningrat (2000). Koentjaraningrat memandang budaya lokal
terkait dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku bangsa sendiri
adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
’kesatuan kebudayaan’. Dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya.
Menurut Judistira (2008:141),
kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional
adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional.
Dalam pengertian yang luas,
Judistira (2008:113) mengatakan bahwa kebudayaan daerah bukan hanya
terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian belaka;
tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak, serta pola
pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut.
Contoh Budaya Lokal
Suku Sunda merupakan suku yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Suku sunda
adalah salah satu suku yang memiliki berbagai kebudayaan daerah, diantaranya
pakaian tradisional, kesenian tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Diantara sekian banyak kebudayaan daerah yang dimiliki oleh suku sunda adalah sebagai berikut :
Diantara sekian banyak kebudayaan daerah yang dimiliki oleh suku sunda adalah sebagai berikut :
1. Pakaian Adat/Khas
jawa Barat
Suku sunda mempunyai pakaian
adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya. Kebaya merupakan pakaian
khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi
pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasinal. Itu
merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan
nasional.
2. Kesenian Khas
Jawa Barat
a)
Wayang Golek
Wayang Golek merupakan kesenian tradisional
dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menapilkan dan membawakan alur sebuah
cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka
yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan
serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan
musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung.
2.
Jaipong
Jaipong merupakan tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong. Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan – gerakan khas tari jaipong.
Jaipong merupakan tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong. Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan – gerakan khas tari jaipong.
3.
Degung
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
4.
Rampak Gendang
Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa
Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama
dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk
melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah
mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini
diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
5.
Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/ pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang khas. Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/ pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang khas. Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan
6.
Pencak Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang berasal dari daerah
Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional. Pada awalnya pencak
Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya
itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan
oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan
ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat
kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket. Pada umumnya kesenian
pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang
penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan
terompet.
7.
Sisingaan
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
8.
Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain,
karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan
memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang
sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi
dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang
memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang
memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian
ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam
memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian
yang cukup berbahaya.
9.
Bajidoran
Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta Terompet. Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara pementasan atau acara pesta.
Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta Terompet. Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara pementasan atau acara pesta.
10.
Cianjuran
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.
11.
Kacapi Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa
Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan
Suling. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda
yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi
perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.
12.
Reog
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.
Berdasarkan daerahnya, wilayah
Indonesia menurut Koentjaraningrat (1999) terdiri dari beberapa budaya
lokal sbb:
1.
Tipe masyarakat berdasarkan sistem
berkebun yang sangat sederhana, dengan keladi dan ubi jalar sebagai tanaman
pokoknya dalam kombinasi dengan berburu dan meramu
2.
Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan
bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokok.
3.
Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan
sistem bercocok tanam di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya.
4.
Tipe masyarakat perkotaan yang
mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor perdagangan dan Industri
yang lemah
5.
Tipe masyarakat metropolitan yang
mulai mengembangkan suatu sektor perdagangan dan industri yang agak berarti,
tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintahan, dengan suatu
sektor kepegawaian yang luas dan dengan kesibukan politik di tingkat daerah
maupun nasional.
B. Budaya Nasional
Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara tersebut.
Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan
dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi
kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain
memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan
terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua daerah di Negara
tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya daerah
tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu
Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti
oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk
menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang
berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya
dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di Negara
tersebut. Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya
yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada
Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar penjumlahan
semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan Nasional merupakan
realitas, karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan Nasional akan
mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di
lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh
warga masyarakat Indonesia (Suseno; 1992).
Pembatasan atau perbedaan antara budaya nasional dan budaya lokal atau budaya
daerah menjadi sebuah penegasan untuk memilah mana yang disebut budaya nasional
dan budaya lokal baik dalam konteks ruang, waktu maupun masyarakat penganutnya.
Menurut Usman Pelly setidaknya
budaya nasional memiliki 2 (dua) fungsi, yakni :
1.
Sebagai pedoman dalam membina
persatuan dan kesatuan bangsa bagi masyarakat majemuk Indonesia
2.
Sebagai pedoman dalam
pengambilalihan ilmu dan teknologi modern.
Pewujudan budaya Nasional,
meliputi cara bebahasa, cara berprilaku, cara berpakaian, dan peralatan
hidup yang dimiliki bangsa Indonesia
Karakteristik Budaya Nasional :
1.
Hasil budi daya masyarakat bangsa
2.
Hasil budi daya masyarakat sejak
dahulu hingga kini
3.
Hasil budi daya yang dibanggakan
4.
Hasil budi daya yang memiliki
kekhasan bangsa
5.
Hasil budaya yang menciptakan jati
diri bangsa
6.
Hasil budaya yang memberikan
identitas Bangsa
2.4. Indonesia dengan Keberagaman
Budaya
Indonesia sebagai negara kepulauan
memiliki wilayah yang luas, terbentang dari Aceh sampai ke Papua. Ada 17.504
pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan Republik Indonesia, yang terdiri atas
8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama (Situmorang, 2006).
Di samping kekayaan alam dengan keanekaragaman hayati dan nabati, Indonesia
dikenal dengan keberagaman budayanya. Di Indonesia terdapat puluhan etnis yang
memiliki budaya masing-masing. Misalnya, di Pulau Sumatra: Aceh, Batak, Minang,
Melayu (Deli, Riau, Jambi, Palembang, Bengkulu, dan sebagainya), Lampung; di
Pulau Jawa: Sunda, Badui (masyarakat tradisional yang mengisolasi diri dari
dunia luar di Provinsi Banten), Jawa, dan Madura; Bali; Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tengara Timur: Sasak, Mangarai, Sumbawa, Flores, dan sebagainya;
Kalimantan: Dayak, Melayu, Banjar, dsb.; Sulawesi: Bugis, Makassar, Toraja,
Gorontalo, Minahasa, Manado, dsb.; Maluku: Ambon, Ternate, dsb.; Papua: Dani,
Asmat, dsb.)
Selain itu, di Sumatra dikenal pula
suku bangsa Minangkabau, yang menempati Provinsi Sumatra Barat, sebagian
Provinsi Jambi dan Bengkulu, di samping tersebar di seluruh Nusantara, bahkan
sampai ke Semenanjung Malaysia. Orang Minang—sebutan untuk masyarakat
Minangkabau—memiliki budaya yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat suku
lain. Mereka terkenal dengan pandai berdagang dan banyak menjadi sastrawan
semasa Balai Pustaka dan Pujangga Baru dan tokoh kemerdekaan di awal
kemerdekaan Republik Indonesia. Keunikan budaya Minang terlihat dari sistem kekerabatan
menurut jalur ibu (matrilineal). Sosok ibu menjadi dasar penentuan nama
keluarga (family). Bahkan, dalam adat Minang selain nama keluarga berasal dari
keluarga ibu, seseorang laki-laki yang sudah menikah akan diberi gelar adat
sehingga, menurut adat yang berlaku di Minang—yang bersangkutan harus dipanggil
dengan gelarnya, bukan nama kecilnya. Misalnya, seseorang bernama Abdullah yang
setelah menikah diberi gelar Sutan Maharajo (’Sultan Maharaja’) harus dipanggil
dengan Sutan atau Marajo, sesuai dengan pepatah “Ketek banamo, gadang bagala”
(kecil diberi nama, besar diberi gelar). Di luar Minang biasanya seorang istri
akan tinggal di rumah keluarga suami, sebaliknya di Minang suami akan tinggal
di rumah istri. Apabila keluarga suami-istri ingin membangun rumah baru,
lokasinya masih berada di sekitar rumah orang tua istri (mertua). Dengan
demikian, akan berkembang keluarga besar dari pihak istrinya. Akibatnya, anak
akan hidup di lingkungan keluarga istri dan itulah uniknya budaya kekerabatan
di Minang. Sebagai masyarakat yang menganut agama Islam, budaya Minang terlihat
berpadu dengan budaya Islami. Dasar kemasyarakatan di Minang tertuang dalam
prinsip adat, yakni” adat bersandikan syarak (aturan agama Islam), syarak
bersandikan Kitabullah (Alquran)”.
Dengan demikian, masyarakat Minang
memiliki tradisi keberagamaan yang kuat. Biasanya, tradisi itu tetap dibawa ke
mana pun mereka merantau ke negeri orang. Di mana pun mereka tinggal, kebiasaan
keberagamaan yang kuat itu masih terlihat. Ada yang agak unik bagi masyarakat
Minang, yakni di mana pun mereka tinggal atau hidup di lingkungan masyarakat
lain, mereka mampu berintegrasi dengan masyarakat setempat. Itu pula yang
menyebabkan bahwa di manapun di Indonesia kita tidak akan menemukan nama
kampung atau kawasan dengan Kampung Minang. Agak berbeda dengan masyarakat
etnis lain, seperti Jawa, Madura, Bugis, atau Cina akan kita temukan kawasan
Kampung Jawa, Kampung Madurua, Kampung Bugis, atau Kampung Cina. Keberagamaan
masyarakat Minang tidak berbeda dengan keberagamaan seperti masyarakat Aceh,
Melayu, Sunda, Madura, dan Bugis. Etnis itu dikenal dengan penganut Islam yang
taat walaupun tidak dapat dimungkiri bahwa pengaruh teknologi modern berdapak
terhadap keberagamaan masyarakat.
Bali pun yang sudah dikenal oleh
masyarakat mancanegara–memiliki agama mayoritas Hindu. Bahkan, pengaruh Hindu
mewarnai kehidupan sosialnya. Begitu menyatunya Hindu dalam kehidupan mereka,
kehidupan sosial dan pemerintahan pun dipengaruhi Hindu. Barangkali tingkat
keberagamaan di Bali lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat keberagamaan
masyarakat dari etnis lain. Hal itu ditandai dengan setiap aktivitas mereka
tidak lepas dari pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Shang Widhi) yang
terlihat dalam upacara keagamaan (Bagus, 2002). Ada hal yang menarik lagi di
Bali, yakni sistem pertanian yang diatur dalam subak. Dalam sistem itu setiap
sawah mendapatkan jumlah air yang sama sehinga tidak ada sawah yang tidak
mendapatkan jatah air. Hal itu berlaku pada semua perkampungan yang diatur
dalam atruran masyarakatnya. Sistem pengairan seperti itu tidak ditemukan di
wilayah lain di Indonesia.
Agama pun berbeda-beda. Tidak dapat
diingkari bahwa masih ada sistem religi masyarakat Indonesia yang menganut
kepercayaan kepada benda-benda alam (animisme). Akan tetapi, pada umumnya
masyarakat Indonesia menganut enam agama resmi, yakni Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha, dan yang terakhir diakui Konghucu. Semuanya hidup
berdampingan yang diatur dalam kerukunan hidup beragama. Memang konsep kerukunan
lahir pada masa Orde Baru yang sudah tumbang, tetapi keberadaannya masih
dipertahankan, yakni kerukunan intraumat dan antarumat beragama. Apalagi sejak
reformasi digulirkan pada tahun 1998 yang ditandai dengan jatuhnya pemerintahan
Soharto, mantan Presiden Kedua Republik Indonesia, kehidupan masyarakat
Indonesia lebih transparan. Setiap orang mempunyai hak yang sama di negara
Indonesia. Hal itu terbukti dengan tumbuh berkembangnya budaya Cina, termasuk
pengakuan terhadap agama Konghucu bagi masyarakat keturunan Cina di Indonesia.
Angin segar itu disambut bahagia oleh masyarakat keturunan Cina, yang selama
ini mereka agak dimarginalkan dalam system pemerintahan Orde Baru. Dari sudut
keagamaan itu, Islam di Indonesia mencapai 87 persen. Dengan jumlah itu
tidaklah berarti bahwa kehidupan sosial politik tidak memperhatikan keberagaman
agama.
Di Indonesia tradisi keberagaman
agama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa sangat menonjol. Sebagai
warga dengan jumlah mayoritas, umat Islam di Indonesia sangat memperhatikan
kerukunan antarumat beragama. Prinsip-prinsip agama sebagai pembawa rahmat dan
kedamaian untuk seluruh isi alam sangat mereka perhatikan Hal itu sudah menjadi
dasar kemasyarakatan yang tidak dapat diingkari. Malah, ada masyarakat yang begitu
tinggi toleransinya sehingga gesekan apa pun yang menerpanya tidak akan
menggoyahkan sendi-sendi kemasyarakat yang toleran. Memang tidak dapat
disangkal bahwa situasi politik kadangkala memengaruhi kehidupanan masyarakat
yang rukun dan aman. Ada upaya-upaya untuk memecah belah persatuan bangsa
melalui goncangan terhadap kerukunan umat beragama dengan mencuatkan sentimen
keagamaan. Hal itu sengaja diciptakan oleh orang-orang yang tidak senang dengan
kondisi politik yang stabil. Akibatnya, umat beragama terpengaruh ke dalam
konflik tertentu. Kondisi itu kadangkadang disesalkan oleh masyarakat itu
sendiri mengapa mereka terjerumus ke dalam konflik yang tidak mereka inginkan.
Walaupun begitu, kehidupan rukun yang telah mereka warisi secara turun-temurun
mengekalkan mereka dalam kebersamaan dan kerukunan yang sejati.
A. Hubungan
Budaya Lokal Dan Budaya Nasional
Budaya lokal yang bernilai positif,
bersifat luhur dapat mendukung budaya nasional. Dalam pembangunan kebudayaan
bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya daerah perlu dipertahankan dan
dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber budaya nasional. Mengingat
budaya bangsa merupakan “hasil budidaya rakyat Indonesia seluruhnya” maka cepat
lambat pertumbuhannya tergantung kearifan peran serta seluruh masyarakatnya.
Bagaimana peran keluarga, sekolah dan pemerintah menanamkan budaya daerah pada
generasi berikutnya dan kearifan generasi muda dalam melestarikan budaya
daerah.
B. Potensi
Keberagaman Budaya
Walaupun Indonesia menurut Van
Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya Indonesia terdiri
dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam ratusan
pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa,
kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa
Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman
budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta
kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang
besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk memperluas
pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita miliki
adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki
serta bagaimana dapat memperkuat budaya nasional sehingga “kesatuan kesadaran “
atau nation bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang
dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat integrasi.
Disatu sisi bangsa Indonesia juga
mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman budaya yaitu adanya konflik
yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar menilai akar
masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi budaya
masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan
primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan
antara dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh
pendidikan atau mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial,
terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda
(pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum). Semua
perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat berakhir
dengan konflik.
3.1. Kesimpulan
Suku
bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri
mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan
kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku
bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama.
Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan.
Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya.
Suku bangsa merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka percaya bahwa
mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu
golongan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mempunyai bahasa dan adat istiadat
sendiri yang berasal dari nenek moyang mereka. Tidak
bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional.
Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk
terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang
bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap
kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan
yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga
mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah. Karena kebudayaan
merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan
melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain
kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap
suku bangsa.
Keragaman suku bangsa merupakan
kenyataan bangsa kita. Inilah kekayaan bangsa kita. Kalau kita tidak
menghormati suku bangsa sendiri, kita tidak akan menjadi bangsa yang kuat. Kita
tidak boleh hanya membanggakan suku bangsa kita sendiri dan merendahkan suku
bangsa lain. Kalau kita tidak menghormati keanekaragaman suku bangsa, tidak
akan tercipta kedamaian dalam hidup bersama. Tidak adanya saling menghormati
antarsuku bangsa akan menimbulkan konflik. Contohnya banyak. Antara lain
konflik di Poso, konflik di Sambas, dan konflik di Maluku.
DAFTAR PUSTAKA
http://werdiati.blogspot.com/2014/09/sebaran-keragaman-budaya.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar